Selasa, 20 Juni 2017

SORRY!!



Karena blog ini kena pelanggaran hak cipta, maka akan di non-aktifkan untuk sementara. 🙏🙏🙏

Minggu, 27 Juli 2014

Percy Jackson: Sea of Monsters. Novel or Film?

Well, it's been a long time since my last post. Kali ini aku akan membahas tentang Percy Jackson: Sea of Monsters. Kalau melihat judul diatas tentunya aku akan membahas tentang versi novel dan versi filmnya.
Percy Jackson: Sea of Monsters DVD cover

Well, aku sudah sering menonton film yang diadaptasi dari novel, dan kurang lebih rata-rata hampir menyamai cerita di novelnya. Contoh seperti Harry Potter, Twilight, The Lord of the Rings, Hunger Games dan sebagainya. Meskipun memang tak semua bagian novel pasti difilmkan karena memang tak memungkinkan, maka pasti cerita film tidak akan persis sama dengan novelnya, but still, ceritanya tetap sama jalannya dan beberapa bagian novel tidak dimasukkan. Aku sendiri akan menganggap film serta novel sama pentingnya, dimana novel menjelaskan bagian film yang tidak kau mengerti secara detail dan film akan mendeskripsikan hal yang tidak terbayangkan di novel.
Tapi kali ini, I found something different. Ada banyak perbedaan antara film dan novel Percy Jackson: Sea of Monsters, yang dimana menurutku beberapa adalah kejadian penting yang sama sekali berbeda. Cerita inti keduanya tetap sama, yaitu tentang Percy dan teman-temannya yang mengarungi Lautan Monster untuk mendapatkan Golden Fleece (kain wol emas/bulu domba emas) agar dapat menyelamatkan Pohon Thalia yang telah melindungi perkemahan para demigod yang telah diracuni. Namun perjalanan misi mereka di novel dan film berbeda, benar-benar berbeda sehingga aku sendiri merasa mengikuti dua cerita dari judul yang sama. Bagi yang sudah menonton filmnya dan membaca bukunya mungkin merasakan hal yang sama. Well, sebelum dibahas mengenai perbedaan antara novel dan film, ini beberapa pemain utama di film Percy Jackson: Sea of Monsters
  • Logan Lerman as Percy Jackson
  • Alexandra Daddario as Annabeth Chase
  • Brandon T. Jackson as Grover Underwood
  • Leven Rambin as Clarisse La Rue
  • Douglas Smith as Tyson
Well langsung saja ke beberapa perbedaan antara novel dan film Percy Jackson: Sea of Monsters.


1. Grover's absence


Di novelnya, diceritakan bahwa sejak awal Grover telah berada di Pulau Polyphemus, terjebak karena godaan yang ditimbulkan oleh Golden Fleece dan meminta agar Percy membantunya dengan mencoba bicara lewat mimpi Percy. Di film, Grover masih menemani Percy, Annabeth dan Tyson dalam misi mereka sampai di Washington DC, dimana dia diculik oleh Luke dan teman-temannya dan dikirim ke Pulau Polyphemus untuk diumpankan sebagai satyr.


2. Clarisse and her quest

Di novel, Clarisse terpilih menjalankan misi mengambil Golden Fleece di Pulau Polyphemus karena secara tidak sengaja ia telah memenangkan Perlombaan Kereta Tempur. Tantalus, yang merupakan pengganti Chiron (yang dituduh meracuni pohon Thalia) sebagai penanggung jawab kegiatan perkemahan menunjuknya semata-mata karena ingin dia gagal melaksanakan misinya.
Di film, Clarisse dipilih oleh Mr D karena kepopuleran dan kehebatannya sebagai "bintang" perkemahan, yang telah berkali-kali menang turnamen dan berhasil melakukan misi-misinya.

 3. Tyson as Percy's younger brother

Di novel, sejak awal Tyson sudah bersama Percy yang dikenalkan ibunya sebagai anak yatim piatu dan sering menolong Percy saat nyawanya terancam. Awalnya Percy tidak menyadari Tyson adalah Cyclops karena di dunia manusia semua hal gaib akan terlihat normal. Tyson bahkan tidak bisa memasuki perkemahan karena dia bukan half-blood (artinya anak manusia yang salah satu orang tuanya adalah dewa dan yang lainnya adalah manusia) lalu setelah diijinkan Annabeth, Tyson bisa memasuki perkemahan. Tentunya berbeda dengan di film dimana Tyson sendirilah yang datang ke perkemahan yang anehnya bisa dimasukinya lalu Mr D dan Chiron menyimpulkan bahwa Tyson bukanlah ancaman bagi mereka.


4. Hydra?

Masih ingat Hydra yang ditemui Percy, Annabeth, dan Grover di Museum di film Percy Jackson: The Lightning Thief? Seingatku kalau tidak salah di novelnya tidak menyebutkan soal itu. Karena ternyata Hydra ini muncul di buku kedua. Saat Percy, Annabeth dan Tyson terdampar di sebuah pulau mereka harus berhadapan dengan Hydra. Kejadiannya sama dengan yang di film pertama, dimana Percy memenggal kepala sang Hydra dan kepalanya tumbuh lebih banyak
Hydra yang muncul di film pertama Percy Jackson: The Lightning Thief

5. The Oracle

 The Oracle atau ramalan mengatakan bahwa salah satu anak dari dewa yang merupakan Tiga Besar-- Zeus, Poseidon, Hades-- akan menjadi penyelamat atau penghancur Olympus. Percy, yang saat itu adalah satu-satunya anak half-blood dari tiga dewa tersebut diasumsikan adalah anak yang diramalkan. Di novel Percy mengetahui tentang ramalan ini dari Annabeth. Di film, Percy mengetahui ramalan ini sendiri, ketika ia bertanya langsung pada Oracle. Yang anehnya saat Percy bertanya "Apakah ada ramalan tentangku?" lalu Oracle menjawab "Ya" yang dimana artinya secara tak langsung maksud dari Oracle bahwa Percy lah anak tersebut, padahal di akhir cerita dikatakan bahwa belum tentu Percy yang menjadi anak tersebut karena ternyata Thalia hidup kembali. Isi ramalannya juga sedikit berbeda. Jika di novel dikatakan bahwa saat menginjak usia 16, maka anak tersebut bisa menjadi penyelamat atau malah penghancur Olympus. Di film menyatakan bahwa tenggat usianya adalah saat berumur 20 tahun. Beda dengan novelnya, ramalan di film juga menyatakan tentang pertarungan antara Percy dan Luke memperebutkan Golden Fleece dan bahwa pedang yang dimiliki Percy, Riptide bisa menghancurkan Kronos yang ditakdirkan bangkit kembali.

5. Pertemuan dengan Clarisse

Di novel, Percy, Annabeth dan Tyson bertemu dengan Clarisse dan kru kapalnya saat kabur setelah melawan Hydra, mereka sempat melawan monster laut Charybdis dan Scylla, lalu terpisah karena kapal itu meledak namun mereka sempat menyelamatkan diri. Akhirnya Clarisse sampai terlebih dulu di Pulau Polyphemus, lalu disusul Annabeth dan Percy bersamaan, dan kemudian di saat terakhir Tyson datang menyelamatkan mereka. Di filmnya, Percy, Annabeth dan Tyson bertemu Clarisse dan kapalnya saat mereka ditelan oleh Charybdis lalu bekerja sama untuk bisa keluar dari perut monster tersebut. Akhirnya Percy, Annabeth, Tyson dan Clarisse pergi bersama ke Pulau Polyphemus.
Charybdis yang muncul di film Percy Jackson: Sea of Monster

6. Tyson almost died

Di novel, Tyson sempat ikut meledak saat kapal Clarisse meledak, sementara Percy dan Annabeth sempat menyelamatkan diri. Clarisse juga sempat selamat namun terpisah dari mereka. Akhirnya diketahui bahwa Tyson tidak mati karena ditolong hippocampus. Di film, Tyson tertusuk panah Luke yang seharusnya ditembakkan ke Percy di Pulau Polyphemus. Ia jatuh ke jurang dan diduga telah mati. Akhirnya ia kembali dan selamat karena air menyembuhkannya.

7. Annabeth was dying

Di novel, Annabeth sempat sekarat karena dijatuhkan oleh Polyphemus dengan posisi kepala dahulu, sedangkan di film ia sempat sekarat karena tertusuk monster peliharaan Luke. Keduanya sama-sama disembuhkan Percy menggunakan Golden Fleece.

8. Final Fight. Percy vs Luke and Kronos

Kronos yang muncul di film Percy Jackson: Sea of Monsters
Pertarungan yang terjadi di akhir cerita saat Luke berhasil membangkitkan Kronos di filmnya, tidak ada dalam novelnya. Di film diceritakan bahwa Luke membangkitkan Kronos menggunakan Golden Fleece namun Percy menghancurkannya lagi menggunakan pedangnya, Riptide, yang ternyata diberikan oleh ayahnya, Poseidon. Well, karena aku belum baca bukunya sampai habis, jadi belum terlalu paham, namun menurut camphalfblood.wikia.com Kronos tidak muncul dalam wujudnya sampai novel keempat Percy Jackson: The Battle of the Labyrinth. Jadi dalam novel-novel sebelumnya Kronos hanya berupa suara.

 9. Percy Meets Hermes

Di novel, adegan Percy bertemu Hermes terjadi di perkemahan, dan hanya Percy sendirian yang bertemu Hermes, lalu datang Annabeth dan Tyson dan mereka bertiga kabur dari perkemahan menuju Pulau Polyphemus. Dua ular yang bersama Hermes pun, Martha dan George muncul dari ponselnya. Di film, Percy, Annabeth dan Tyson bertemu Hermes di kantornya di Washington DC. Kedua ular, Martha dan George keluar dari tongkatnya.
Oh, dan kalau sadar akan adegan ini, Nathan Fillion (pemeran Hermes) mengatakan pada Percy, Annabeth dan Tyson, "Lucu sekali, melihat kalian saling menyelesaikan omongan." agak sedikit mirip dengan karakternya di serial Castle dimana perannya sebagai Rick Castle, sering saling menyelesaikan omongan dengan lawan mainnya Kate.


Okay, back to the topic. Selain beberapa perbedaan diatas, beberapa adegan di novel tidak muncul di film. Diantaranya yaitu:
  • Perlombaan Kereta Tempur (yang meskipun di film digantikan dengan perlombaan di awal cerita)
  • Percy, Annabeth dan Tyson bertemu Hydra di suatu pulau (yang dimana Hydra sudah ditayangkan di film pertama Percy Jackson: The Lightning Thief)
  • Percy dan Annabeth bertemu Circe yang berusaha memerangkap mereka
  • Percy dan Annabeth bertemu Siren yang mampu memukau mereka dengan nyanyian dan bayangan-bayangan harapan pendengarnya.
Beberapa karakter juga yang tak muncul yaitu: Tantalus, Drakon, Circe, Siren, yang menurutku penting untuk ditampilkan di film.

Romance antara Percy dan Annabeth juga tidak terlalu ditonjolkan di film kedua ini, yang sebenarnya sesuai dengan bukunya. Di film pertama beberapa adegan menunjukkan ketertarikan antara Percy dan Annabeth sejak awal, yang berbeda dari novelnya dimana Annabeth sebenarnya menyukai Luke sampai dia mengetahui bahwa Luke-lah yang mencuri petir Zeus. Meskipun mungkin di akhir cerita mereka akan bersama, I don't know, I haven't finished the book yet.


 Daan... setelah buka-buka google, ternyata sebelum filmnya diproduksi, pemeran Tantalus, Lydian Drakon, Circe ternyata telah ditentukan. Entah apakah mereka tidak jadi berperan atau scene mereka tidak dimasukkan di film aslinya. Beberapa rumor mengatakan kurang lebih 15 menit durasi yang dipotong dari film aslinya. Argius dan Lydian Drakon seharusnya tampil di kapal milik Luke, namun digantikan oleh Laistrygonian Giant dan Manticore sebagai monster yang digerakkan oleh Luke. Aku lupa Laistrygonian yang mana tapi Manticore itu yang menusuk Annabeth saat mereka di Pulau Polyphemus.
Oh ya dan Pulau Polyphemus di film disatukan dengan Pulau Circeland, tempat kediaman Circe yang muncul di buku namun tidak di filmnya. Itu menjelaskan soal spa dan taman hiburan yang dinamakan Circeland.
Actors and Crew at Polyphemus Island (percyjacksonmovies.com)
Jadi menurutku Percy Jackson: Sea of Monsters buku dan filmnya bagaikan dua cerita yang memiliki judul sama namun alur berbeda. Tapi sebenarnya aku sudah cukup puas dengan filmnya. Sebelum menonton filmnya aku benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana bentuk Charybdis, and thanks to film, I was be a able to see it. Seperti yang kukatakan, novel menjelaskan bagian detail dari sebuah film dan film menggambarkan sesuatu secara detail yang tidak bisa dibayangkan dalam sebuah novel.
Visit http://camphalfblood.wikia.com to get to know all about Percy Jackson sequel.

Sabtu, 10 November 2012

Trilogi Mawar Merah

Pernah baca buku D'Angels karya Luna Torashyngu? Well, kalau suka dengan cerita D'Angels pasti akan suka juga dengan novel lain karya penulis yang sama ini. Atau kalau kamu suka cerita tentang secret agent, novel ini sangat cocok untuk kamu. Tidak hanya dipenuhi cerita tentang pertarungan semata yang tentunya bikin deg-degan, terdapat pula konflik batin di dalamnya yang melibatkan perasaan sehingga novel ini juga menyentuh. Sangat cocok untuk dibaca kamu para remaja. Langsung saja, inilah sinopsis trilogi novel tersebut.


Mawar Merah: MOSAIK

Riva, mahasiswi biasa Universitas Pratista, Bandung, penasaran dengan Elsa, anak baru yang misterius. Rasa penasarannya tersebut membuatnya terus mendekati Elsa, yang akhirnya berhasil menjadi sahabatnya. Sepupu Riva, Saka, yang bekerja di Interpol, mencurigai Elsa sebagai Mawar Merah, pembunuh internasional yang sedang jadi buronan para agency di seluruh dunia, termasuk FBI, CIA, MI6, juga Mossad.  Riva yang pusing oleh hal tersebut tambah dipusingkan lagi dengan Elsa yang jarang masuk dan semakin menguatkan pendapat sepupunya itu. Mawar Merah merupakan anggota SPIKE, organisasi penghimpun pembunuh bayaran di seluruh dunia. ia yang  berhasil tak tersentuh bertekad untuk membalaskan kematian kedua orang tuanya, yang pada akhirnya melibatkan dirinya dalam pembunuhan Presiden AS. Pada akhirnya, Riva mengetahui bahwa Elsa adalah Mawar Merah, yang memiliki nama asli Rachel Sarasvati Watson, ketika terlibat pertarungan di kampusnya. Rachel menyadari bahwa SPIKE berada di belakang semua ini dan bertekad untuk membalaskan dendamnya. Pada bagian klimaks, terjadi pertarungan lagi antara Rachel (Mawar Merah) dibantu oleh Saka, melawan Jonathan Keisp, ketua SPIKE, di atas sebuah kapal pesiar yang berakhir dengan dugaan bahwa Mawar Merah telah tewas bersamaan dengan meledaknya kapal pesiar tersebut.

Mawar Merah: METAMOROSIS

Riva mulai menata kembali kehidupannya, yang sedikit berantakan karena kehadiran Elsa atau Rachel. Tapi, berbagai peristiwa aneh kembali terjadi. Mulai dari putusnya konta hubungan dengan kekasihnya, Arga, yang sedang magang di Jerman, kecelakaan orang tuanya janggal, sampai percobaan pembunuhan oleh orang-orang yang tak dikenalnya. Beruntungnya, Riva dibantu oleh salah satu pembunuh bayaran juga dengan nickname Lotus. Bersama Lotus, Riva pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindari para pembunuh bayaran yang menginginkan kematian Riva.
Rachel yang diduga telah tewas ternyata selamat namun kehilangan ingatannya.  Shunji, guru sekaligus ayah angkatnya, berusaha lagi mengembalikan ingatan gadis itu. Ibu Rachel, Widya Watson, yang telah sadar dari komanya seteah sepuluh tahun, disandera oleh CIA dan dijadikan umpan untuk menangkap Rachel.
Organisasi SPIKE yang disangka telah bubar akibat tewasnya ketua Jonathan Keisp ternyata masih beroperasi di bawah pimpinan Henry Keisp, putra Jonathan. Dengan kekuasaan ini, Henry menghimpun para pembunuh bayaran ternama SPIKE untuk mengejar Riva. Tidak hanya SPIKE, Riva juga harus siap menghadapi Organisasi kejahatan tertua di dunia yang menginginkan kematiannya yang bernama ONI. Saka yang merasa bertanggung jawab akan Riva, mulai menelusuri sejarah Jepang, terutama Kelompok ONI setelah merasa menghilangnya Riva berhubungan dengan kelompok tersebut. 
Merasa kewalahan dan tidak mampu menyelamatkan Riva sendirian, Lotus akhirnya menitipkan Riva dalam pengawasan YAKUZA, organisasi kejahatan Jepang yang merupakan musuh besar Kelompok ONI, yang ternyata merupakan jebakan. Hingga akhirnya Lotus terbunuh dalam pertarungannya melawan pembunuh bayaran kelompok ONI. Riva dibawa oleh Kenji Nakayama, kakak angkat Rachel yang juga merupakan salah satu pembunuh bayaran anggota ONI. Kenji ditugaskan untuk membereskan Riva kemudian malah menyelamatkan Riva alih-alih membunuhnya.

Mawar Merah: MATAHARI

Pembunuh baru muncul bernama Matahari. Ia terus beraksi membunuh para mantan anggota SPIKE. Semua orang penasaran akan sosoknya yang misterius. Tak hanya itu, Kelompok ONI juga mulai membunuh para pemimpin YAKUZA, yang dikhawatirkan akan menyulut api kemarahan dari kelompok kriminal terbesar di Jepang tersebut. Jika hal tersebut terjadi, maka akan terjadi banjir darah di Jepang. Rachel berusaha agar mencegah hal itu terjadi dan  terus mencoba mencari sahabatnya, Riva.
Terus berpindah tempat demi menghindari kejaran para pembunuh yang terus memburunya, terjalin ikatan perasaan antara Riva dan Kenji. Pria yang terus melindungi Riva itu juga mengajarinya berbagai macam beladiri, sama seperti yang dilakukannya pada Matahari, yang ternyata merupakan anak buah Kenji.
Kenji juga menceritakan sejarah tentang Kelompok ONI pada Riva, membongkar kenyataan bahwa Riva adalah pewaris sah kepemimpinan kelompok ONI yang menjadi alasan kenapa dirinya terus diburu oleh kelompok tersebut. Tanpa sepengetahuan Riva, Kenji ternyata bekerja sama dengan Henry Keisp dan membawa Riva ke gedung pencakar langit tertinggi di London, Key Tower, yang juga merupakan sumber komputerisasi dari organisasi SPIKE di seluruh dunia.
Rachel dijebak ketika ia mencari Riva di salah satu pulau di Jepang yang diduga Markas kelompok ONI dan yang lebih tak terduga, Saka juga ada disana untuk mencari Riva, menjadi penyebab tewasnya dia disana akibat pertarungan sengit antara para pembunuh suruhan Henry melawan Rachel.
Rachel, bersama Matahari, berusaha untuk melenyapkan Henry Keisp, yang merupakan dalang dari semua kekacauan ini, sekaligus menyelamatkan Riva. Terlibat pertarungan sengit di gedung Key Tower yang akhirnya menyebabkan gedung itu runtuh, kecuali pada area tempat markas SPIKE berada. Rachel, Matahari, Kenji, bahkan Riva, bekerjasama melawan Henry Keisp dan pembunuh bayaran SPIKE lainnya. Saat itu pula terungkap bahwa Riva bukan satu-satunya pewaris kepemimpinan ONI yang sah. Matahari yang bernama asli Azuka, juga merupakan pewaris kepemimpinan tersebut. Ketika berhasil mengalahkan Henry, ternyata Henry telah memasang bom yang akan meledakkan kota London dalam radius yang besar. Ketika mereka hendak menyelamatkan diri, pembunuh bayaran yang merupakan anak buah Henry Keisp, Marcelo, menghadang mereka. Kenji, dengan sisa-sisa tenaganya, membawa Marcelo mati bersamanya dengan cara mendorongnya jatuh dari atas gedung setinggi ratusan meter dari tanah. Riva yang terlambat menghindar terkena percikan api yang menhanguskan matanya. Azuka membawa Riva untuk menyelamatkannya, sedangkan Rachel turun ke basement untuk menjinakkan bom yang dipasang Henry dengan resiko besar yang menunggunya dan seluruh penduduk kota London.



Rating aku untuk novel ini adalah 5 bintang. Tapi aku harus membaca 2 kali novel-novel ini lalu akhirnya mengerti sepenuhnya, karena Luna membuat cerita dengan alur campuran, maju-mundur, dan banyak flashback dalam novel-novelnya. Ceritanya sangat bagus dan menyentuh. Aku selalu berharap bahwa cerita ini diangkat menjadi film, pasti lebih seru lagi, namun kayaknya cerita sebagus ini nggak mungkin bisa dibuat film di Indonesia. Coba kalau dibawa ke Hollywood (terlalu berlebihan tapi aku sangat ingin cerita ini difilmkan).
So, buat kamu yang belum baca, I totally recommend you to read these amazing books. Nggak kalah bagusnya sama kualitas luar negeri.